Senin, 16 Mei 2011

Pengalaman Buruk ku

Setelah berhari-hari berkutat dengan tugas-tugas dan kuis, dan sebelum menghadapi UTS (Ujian Tengah Semester) saya dan teman-teman yaitu Lintang, Ririn, Nita, dan Eva merencanakan untuk berlibur untuk membuang penat dan hitung-hitung refreshing sebelum UTS dimulai. Kami memutuskan untuk pergi berlibur ke Kebun Raya Bogor.
Hari sabtu, tanggal 5 Februari 2011 kami berangkat menuju Bogor dari Depok. Dan kereta adalah transportasi yang kami pilih untuk menuju kesana. Dari stasiun depok lama kami berangkat. Kereta AC-Ekonomi cukup nyaman untuk dinaiki, karena kereta ini memiliki khusus gerbong wanita. Dimana gerbong ini hanya berisikan wanita, pria tidak boleh masuk dalam gerbong ini. Dan sangat dijaga ketat oleh petugas dalam kereta.
Tetapi setibanya di stasiun depok lama, kami ketinggalan kereta AC-Ekonomi, yang ada kereta ekonomi biasa. Akhirnya kami memutuskan untuk naik kereta itu dengan pertimbangan bahwa hari ini hari sabtu dan hari weekend, dan kereta ekonomi tidak mungkin sepenuh hari biasanya. Dan perkiraan kami benar, kereta ekonomi tidak sepenuh hari biasanya dan cukup ruang untuk kami semua.
Di tengah perjalanan saya mendapat musibah, saya lupa ternyata saya masih memakai kalung emas. Ya dengan leluasanya pencuri itu mengambil kalung ku, tapi yang membuat saya bingung di dalam kereta itu banyak sekali orang tidak ada satu pun yang meneriakkan “maling” atau mencegah pencuri itu pergi. Aneh memang, dalam perjalanan aku masih terus bertanya-tanya.
Kenapa ya tidak ada satu orang pun yang berteriak atau mencegah pencuri itu? Apa kejadian ini memang sudah menjadi kebiasaan? Atau apa mereka takut semua? Saya bertanya pada teman saya yang biasanya sering naik kereta dan teman saya Eva menjawab “kalau barang kita sudah dicuri dalam kereta ya ikhlaskan saja, karena pencuri itu mempunyai kelompok dimana nanti kalau kita macam-macam yang ada kita akan terus diikuti oleh mereka dan bisa membahayakan nyawa kita”.
Dan akhirnya saya mengerti kenapa semua orang di kereta itu tidak ada yang berani meneriakkan dan mencegah pencuri itu pergi. Mungkin memang lebih baik kita ikhlaskan dan percayalah Tuhan akan mengganti beribu kali lipat sesuatu yang dicuri oleh orang lain. Sesampainya di Bogor saya masih shock atas kejadian tadi, dan bingung harus bilang apa pada orangtua saya.
Sempat terpikir untuk berbohong bilang pada mama, tapi sepahit apapun kejujuran tetap harus diucapkan. Dan saya memutuskan untuk mengatakan pada mama yang sebenarnya, dengan kekuatan yang cukup saya bicara pada mama lewat telepon, “ma..kalungnya dijambret.” Lalu mama saya berkata “nah kan, iauda yang penting kamu gapapakan. Hati-hati ya..” dan saya hanya bisa meminta maaf dan sangat menyesal, karena kejadian itu juga kesalahan saya tidak bisa menjaga barang yang saya punya.
Dari kejadian itu saya bisa mengambil hikmah untuk lebih berhati-hati, karena kejahatan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Dan tidak memakai perhiasan yang berlebihan karena bisa mengundang kejahatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar